Mungkin ini terdengar aneh, namun Hyunjin temukan alasannya bertahan hanya dengan segelas kopi susu yang selalu ia pesan dari cabang terdekat di daerah Cipete.
Rasanya pas. Sangat pas. Tak terlalu manis yang meninggalkan pahit setelah manis berlebihan dan sulit dilepaskan dengan air putih, tapi tetap nikmat bagi mereka yang bukan pendamba kopi seperti Hyunjin. Ia juga dapat merasakan pahit kopi yang khas dan — ah, sulit dijelaskan kalau kamu tak merasakannya langsung.
Hanya bermodalkan dua puluh ribu rupiah — tentu dengan tambahan lainnya seperti service fee dan driver fee dari aplikasi ojek online, Hyunjin dapat menggenggam alasannya bertahan sampai sekarang. Hanya untuk melihat dirinya menyeruput segelas kopi yang es batunya cepat sekali mencair, yang tinggalkan basah di meja kerjanya — sampai ia harus mengambil tisu untuk tahan rembes airnya untuk beberapa waktu.
Alasan itu tak hanya datang dari sekantong gelas kopi saja. Tapi juga dari siapa yang antarkan kopi itu ke meja kerjanya.
“Dua gelas? Lo beneran mau ngelembur, Jin?”
Sosok pemuda dengan sweater dan celana jeans yang sama-sama kedodoran itu langkahkan kakinua dari arah pantry menuju meja kerja Hyunjin. Tentu dengan sekantong plastik berisikan kopi susu miliknya — yang dikirimkan ojek online dan diterima sosok itu dari ruang kerjanya.
Dan cengiran lebar khas yang membuat senyum Hyunjin terulas hari ini.
“Yang satu buat lo, Ji.”
“Hah? Ahaha, dalam rangka apa nih bos?”
Hyunjin mendengus geli, “dalam rangka berterima kasih karena lo udah mau gue repotin ngerjain brief desain dadakan dari klien gue.”
Pemuda itu ikut loloskan tawa geli dengar ucapan Hyunjin.
“Mumpung ada gue, langsung aja minta desain ke gue ya, Jin?”
“Kan gue harus izin dulu sama bapak lo, Ji. Untungnya langsung di-iyain sama bang Jongin!”
“Tapi desainnya aman?”
“Gatau nih belom — LAH ANJIR dibalikin lagi revisiannya!”
“Yaudah mana sini brief revisiannya?”
“Gue kerjain bareng lo aja lah anjir! Jisung, pegangin dulu kopi gue dah! Gue mau pindahin laptop dulu ke samping lo!”
“Hahahaha iye iyeee. Hati-hati bawanya.”
Sebenarnya revisi itu hanya alasannya untuk lebih dekat dengan Jisung, bagian desain grafis sekantor. Padahal bisa saja ia meneruskan brief tersebut melalui chat Whatsapp, tapi ia memilih untuk bergabung dengan tim desain. Mengerjakannya langsung bersama Jisung dengan sogokan kafein yang membantu mereka lebih fokus hari ini.
Dengan segelas es kopi susu tetangga yang diteguk beberapa kali saat bekerja, Hyunjin temukan alasannya bertahan di tempat ini, berulang kali.
“Desainnya udah ya, Hyunjin. Good luck ngasih ke kliennya! Kalo ada revisi lagi, tampol aja klien lu suruh kerjain sendiri!”
Dan Hyunjin temukan Jisung dalam alasannya. Antarkan es kopi tersebut dan jadikan cengiran lebar itu alasan untuk memesan kopi kesukaannya berulang kali.